SEMARANG|PortalindonesiaNews.Net -Langkah nyata menuju arah itu kini ditunjukkan oleh Fika Rofuddin Izza, S.Pd., seorang pendidik inovatif dari Semarang, melalui model “Pembelajaran Mini Riset Berbantu STEAM pada Materi Ekosistem Berbasis Potensi Lokal.”
Program ini mengusung pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) yang dikolaborasikan dengan potensi lokal daerah Semarang. Melalui inovasi tersebut, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga diajak meneliti lingkungan sekitar sekolah untuk memahami ekosistem secara langsung.
PERISEMAR, Media Belajar dari Alam Sekitar
Inovasi ini diwujudkan melalui aplikasi PERISEMAR (Pembelajaran Riset Berbasis Potensi Lokal Semarang) — media pembelajaran berbasis riset sederhana yang memadukan teknologi, lingkungan, dan seni.
Melalui PERISEMAR, siswa didorong untuk meneliti sawah, kebun, hingga sendang di sekitar sekolah, melakukan pengamatan, mencatat data, lalu menganalisis hasilnya dengan pendekatan STEAM.
Tak berhenti di situ, siswa juga membuat diorama ekosistem sebagai bentuk visualisasi hasil penelitian mereka. Diorama itu menampilkan konsep masa depan ramah lingkungan, seperti penggunaan panel surya dan energi alternatif bebas emisi.
“Kami ingin siswa belajar langsung dari lingkungan mereka sendiri, bukan hanya dari buku teks. Dari sana mereka bisa memahami pentingnya berpikir kritis dan menjaga keseimbangan alam,” jelas Fika Rofuddin Izza, S.Pd., penggagas inovasi tersebut.
Hasil Nyata: Siswa Lebih Kritis, Peduli, dan Kolaboratif
Dari penerapan mini riset ini, muncul perubahan positif dalam sikap dan cara berpikir siswa. Mereka terlatih menganalisis masalah lingkungan, semakin peduli terhadap alam, serta mampu bekerja sama dalam kelompok.
Beberapa proyek menarik pun lahir dari kegiatan ini. Salah satunya, siswa mengolah limbah kulit buah menjadi eco enzyme, cairan ramah lingkungan yang bermanfaat untuk kebersihan rumah tangga.
Selain itu, kemampuan kolaborasi mereka tumbuh melalui kerja kelompok dalam menyusun laporan riset dan mempresentasikannya dengan gaya yang kreatif dan komunikatif.
“Melalui riset kecil seperti ini, siswa belajar menjadi ilmuwan muda yang peka terhadap isu lingkungan dan siap menghadapi tantangan global,” tambah Fika.
Membangun Generasi Hijau dari Sekolah Dasar
Program mini riset STEAM berbasis potensi lokal ini menjadi contoh nyata pendidikan berkarakter dan berwawasan lingkungan.
Dengan memanfaatkan sumber belajar di sekitar, siswa tidak hanya mengenal ekosistem, tetapi juga belajar teknologi hijau dan solusi berkelanjutan sejak dini.
Inovasi seperti PERISEMAR menunjukkan bahwa pendidikan tidak harus mahal atau berbasis laboratorium modern — cukup dengan semangat eksplorasi, kreativitas guru, dan kepedulian terhadap lingkungan, generasi masa depan yang kritis, kolaboratif, dan cinta bumi bisa lahir dari ruang kelas sederhana.
Laporan: Saribun