Perjuangkan Naktuka Kembali ke NKRI, Kepala Suku Oenames: Kami Tak Akan Lepas, Tapi Tetap di Jalan Damai

Avatar photo

- Kontributor

Minggu, 10 Agustus 2025 - 09:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA| PortalindonesiaNews.Net – Sengketa batas negara Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) di segmen Naktuka, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), terus memanas di bawah permukaan. Meski kedua negara telah sepakat menjadikan Naktuka sebagai zona netral tanpa aktivitas hingga batas resmi ditetapkan, masyarakat adat Suku Oenames justru merasa kesepakatan itu merugikan mereka.

Pasalnya, warga RDTL yang tinggal di sekitar Naktuka tetap melakukan aktivitas di wilayah tersebut. Masyarakat adat khawatir, jika dibiarkan, hak adat atas tanah yang telah diwariskan sejak zaman Kerajaan Ambenu akan hilang.

Kepala Suku Oenames, Fitus Effi, dalam wawancara pada Kamis (7/8), menyuarakan keresahan dan harapan warganya yang tak pernah berhenti memperjuangkan hak tersebut.

READ  Arogansi Kekuasaan? Bupati Pemalang Dituding Langgar Aturan, Batalkan SK Dirut PDAM Secara Sepihak – Gugatan Meledak di PTUN!

“Wilayah Naktuka itu sejak sebelum Indonesia merdeka sudah bagian dari hak adat kami. Bahkan di zaman Kerajaan Ambenu, batas wilayah jelas berada di Noelnesi. Naktuka tidak pernah masuk Timor Leste,” tegas Fitus.

READ  Fakta Baru Menggemparkan! Kasus Rizal Rudiansyah Diduga Kuat Sarat Kriminalisasi dan Pemerasan Berkedok Keadilan

Fitus mengungkapkan, sengketa dimulai saat Timor Leste masuk sebagai provinsi Timor Timur di era integrasi. Naktuka diberikan untuk warga Oecussi sebagai lahan sawah. Namun, menurut sejarah adat mereka, wilayah itu tetap bagian dari Indonesia.

READ  Warga Salatiga Desak Penutupan Pabrik PT SIP yang Diduga Tak Kantongi Izin dan Cemari Lingkungan

Ia menyesalkan sikap sebagian warga Timor Leste yang mengabaikan status zona netral dan terus beraktivitas di sana.

READ  Kapolda Jatim Ajak Polwan Tingkatkan Profesionalisme di HUT ke-76

“Kami merasa tersakiti dan marah. Ada perjanjian zona netral, tapi mereka melanggar. Kami tidak mau batas negara ditentukan secara sepihak. Kami hanya ingin hak adat kami diakui dan dilindungi,” ujarnya.

READ  Truk Trailer Tak Kuat Nanjak, Jalur Utama Ungaran Lumpuh Total Selama Satu Jam

Fitus mendesak pemerintah daerah, provinsi, hingga pusat untuk bertindak tegas. Menurutnya, membiarkan aktivitas warga RDTL di Naktuka sama saja dengan menyerahkan tanah adat ke negara lain.

READ  Kasus Dugaan Penipuan & Pemerasan Berkedok Janji Bebaskan Perkara: Oknum YY dan Oknum Wartawan Disorot, ARF Siap Tempuh Jalur Hukum

“Kami akan terus bersuara. Jangan biarkan tanah kami dikorbankan. Perjuangan kami jelas: Naktuka harus kembali menjadi bagian dari NKRI,” tegasnya lagi.

READ  Metode Fenomenologi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen mengenai "Pengucapan Syukur"

Meski begitu, Fitus tetap menyerukan jalur damai. Ia menegaskan bahwa perjuangan masyarakat adat Oenames akan selalu mengedepankan keamanan dan ketertiban.

“Kami tidak ingin menciptakan keributan. Saya selalu menghimbau masyarakat menjaga situasi kondusif. Kami berjuang di jalan damai, tapi tidak akan mundur selangkah pun,” pungkasnya.

READ  HUT Polwan ke-76 Polres Semarang, Kapolres Semarang: "Menjadi Polwan adalah Profesi yang Mulia

Sengketa Naktuka ini menjadi ujian keseriusan pemerintah dalam melindungi hak-hak adat dan menjaga keutuhan wilayah NKRI di perbatasan.

 

Red/jh

Berita Terkait

Berani Lawan Fakta? Tribuncakranews Bukak Bukti, Siap Buka Permainan Kotor di Balik Kasus Purworejo
Kasus YY, YD & ARF: Bantahan MRN Picu Polemik, Publik Kecam Dugaan Pemerasan Berkedok Janji Bebaskan Perkara
Kasus Dugaan Penipuan & Pemerasan Berkedok Janji Bebaskan Perkara: Oknum YY dan Oknum Wartawan Disorot, ARF Siap Tempuh Jalur Hukum
Warga Kliwonan Gunungpati Semarang Rayakan HUT RI ke-80 dengan Meriah dan Penuh Khidmat
Kasus Investasi Rp120 Juta di Rembang Diduga Dipaksakan Jadi Pidana, Kuasa Hukum Sorot “Permainan Manis” antara Pelapor dan Penyidik Polres
Semarak HUT RI ke-80, IWOI Jateng & Polsek Semarang Barat Bagikan 1.000 Bendera Merah Putih di Exit Tol Krapyak
Skandal Pelabuhan Tembilahan? Alih Fungsi Jadi “Pujasera” dan Pungutan Diduga di Luar Aturan, Publik Desak Audit Nasional
DPD IWOI Kota Semarang Gandeng Pengadilan Negeri, Dorong Transparansi dan Edukasi Hukum untuk Publik

Berita Terkait

Senin, 18 Agustus 2025 - 10:21 WIB

Berani Lawan Fakta? Tribuncakranews Bukak Bukti, Siap Buka Permainan Kotor di Balik Kasus Purworejo

Minggu, 17 Agustus 2025 - 14:28 WIB

Kasus YY, YD & ARF: Bantahan MRN Picu Polemik, Publik Kecam Dugaan Pemerasan Berkedok Janji Bebaskan Perkara

Minggu, 17 Agustus 2025 - 14:03 WIB

Kasus Dugaan Penipuan & Pemerasan Berkedok Janji Bebaskan Perkara: Oknum YY dan Oknum Wartawan Disorot, ARF Siap Tempuh Jalur Hukum

Minggu, 17 Agustus 2025 - 13:30 WIB

Warga Kliwonan Gunungpati Semarang Rayakan HUT RI ke-80 dengan Meriah dan Penuh Khidmat

Minggu, 17 Agustus 2025 - 13:05 WIB

Kasus Investasi Rp120 Juta di Rembang Diduga Dipaksakan Jadi Pidana, Kuasa Hukum Sorot “Permainan Manis” antara Pelapor dan Penyidik Polres

Kamis, 14 Agustus 2025 - 21:23 WIB

Skandal Pelabuhan Tembilahan? Alih Fungsi Jadi “Pujasera” dan Pungutan Diduga di Luar Aturan, Publik Desak Audit Nasional

Kamis, 14 Agustus 2025 - 14:56 WIB

DPD IWOI Kota Semarang Gandeng Pengadilan Negeri, Dorong Transparansi dan Edukasi Hukum untuk Publik

Kamis, 14 Agustus 2025 - 14:51 WIB

Api Unggun Menyala di Langit Gunungpati: Peringatan Hari Pramuka ke-64 Penuh Haru dan Semangat Persaudaraan

Berita Terbaru