Kebumen | PortalindonesiaNews.Net – Apa jadinya bila rakyat kecil yang jujur justru dipermainkan oleh lembaga perbankan besar? Inilah kisah pilu Taripan, seorang pengusaha kecil asal Desa Seliling, Kecamatan Alian, Kebumen. Harapannya untuk berkembang lewat pinjaman bank justru berujung petaka. Alih-alih terbantu lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR), Taripan malah terjerat bunga mencekik, denda tak berkesudahan, hingga sertifikat rumahnya diduga dijadikan permainan oknum pegawai BRI Cabang Kebumen.
Pinjaman Bukan KUR, Taripan Tertipu Sistem
Dengan pengetahuan terbatas, Taripan meyakini dirinya mengakses program KUR. Namun faktanya, pinjaman yang dijalani bukan KUR, melainkan skema kredit berbunga tinggi dengan restrukturisasi yang justru memperparah kondisi. Bukannya berdaya, Taripan justru dimiskinkan oleh sistem yang dipandu oknum pegawai bank.
Membayar Bunga Tanpa Kwitansi
Kisah makin menyayat hati saat pandemi Covid-19 melanda. Setiap bulan Taripan tetap ditagih bunga dan denda, bahkan uang yang ia serahkan langsung kepada oknum pegawai bank tidak pernah diberi tanda bukti kwitansi. Publik pun bertanya: apakah uang tersebut masuk ke sistem resmi bank atau hanya ke kantong pribadi oknum?
Dugaan Rekayasa Penyerahan Sertifikat
Lebih mengejutkan lagi, pihak BRI sempat menunjukkan foto seolah-olah sertifikat jaminan rumah Taripan sudah dikembalikan. Nyatanya, sertifikat tersebut masih berada di tangan seorang oknum yang mengaku Kepala Cabang BRI Kebumen.
Pengakuan istri Sadat – orang yang membantu melakukan transfer pelunasan – justru membongkar kejanggalan ini. Ia menegaskan bahwa sertifikat milik Taripan baru diserahkan empat hari setelah pelunasan, itupun langsung kepada pihak cukong atau penyandang dana, tanpa sepengetahuan Taripan. Artinya, foto penyerahan sertifikat yang ditunjukkan pihak BRI diduga hanya rekayasa.
Lembaga Konsumen Angkat Bicara
Ketua LPKSM Krisna Cakra Nusantara, Sugiyono, SH, menilai banyak kejanggalan dalam kasus ini.
“Ada kertas kosong yang dipaksa ditandatangani, ada foto rekayasa, hingga penyerahan sertifikat yang hanya simbolis. Seharusnya dokumen serah terima ditulis rapi dan resmi, bukan sekadar tulisan tangan. Ini cacat formil dan patut diduga permainan kotor oknum pegawai BRI Cabang Kebumen,” tegasnya.
Warga Desa Prihatin
Warga Desa Seliling merasa iba melihat penderitaan Taripan. Sosok sederhana dan jujur itu kini hancur karena jeratan perbankan.
“Pak Taripan orangnya lurus, tidak neko-neko. Tapi kok malah dipermainkan seperti ini? Kasihan sekali,” tutur seorang tetangga.
Tuntutan Keadilan
Kisah Taripan bukan sekadar soal pinjaman, melainkan potret nyata bagaimana rakyat kecil bisa jadi korban permainan oknum perbankan. Pertanyaan besar kini muncul:
Apakah aparat penegak hukum dan OJK berani turun tangan menindak tegas?
Sampai kapan BRI membiarkan rakyat kecil jadi korban pegawainya sendiri?
Taripan hanyalah satu dari banyak rakyat kecil yang berusaha jujur, namun justru dimiskinkan oleh oknum. Jika kasus ini dibiarkan, siapa lagi yang akan menjadi korban berikutnya?
Laporan : iskandar