SEMARANG | PortalindonesiaNews.Net – Di tengah sorotan persidangan yang menyita perhatian publik, muncul kisah pilu seorang pekerja perempuan bernama Ys alias Mami Uthe. Sosok ibu sekaligus pekerja ini kini duduk di kursi pesakitan bukan karena kesalahan nyata yang ia lakukan, melainkan diduga menjadi kambing hitam dari sebuah sistem yang dikuasai pihak lebih berkuasa.13 September 2025
Kuasa Hukum Beberkan Fakta
Tim kuasa hukum Mami Uthe – Angga Kurnia Anggoro, S.H., Dian Setyo Nugroho, S.H., Saifudin Ramadhan, S.H., Ardityo, S.H., dan Lingga Kurnia Asmorojati, S.H. – menegaskan bahwa fakta persidangan menunjukkan kliennya hanyalah seorang koordinator LC di Mansion Karaoke dan Bar.
“Tugas Mami Uthe sederhana: hanya menunjukkan pemandu lagu kepada tamu. Ia tidak pernah membuat, menawarkan, apalagi mendapatkan keuntungan dari paket-paket pelayanan yang dipersoalkan,” tegas Angga.
Ironisnya, rekaman video yang dijadikan bukti justru memperlihatkan Mami Uthe dipaksa oleh tamu untuk membaca daftar paket dari pesan WhatsApp manajer operasional.
Pekerja Kecil Jadi Korban
Kuasa hukum menambahkan, Mami Uthe bukanlah pelaku aktif, melainkan pekerja kecil yang tunduk pada atasan dan takut menolak permintaan tamu. “Semua keuntungan jatuh ke pihak manajemen, bukan kepada Mami Uthe. Nama pada voucher dan penerima fee juga bukan dirinya,” jelas tim pembela.
Saksi-saksi di persidangan pun membenarkan bahwa layanan tersebut merupakan instruksi dari manajemen, bukan inisiatif Mami Uthe.
Tajam ke Bawah, Tumpul ke Atas?
Kenyataan ini memunculkan pertanyaan serius: Mengapa seorang pekerja kecil harus menanggung dosa sebuah sistem yang dikendalikan orang berkuasa? Apakah hukum masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas?
Dalam pledoinya, tim kuasa hukum menegaskan asas in dubio pro reo – bila ada keraguan, maka putusan harus berpihak pada terdakwa.
“Lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum satu orang yang tidak bersalah. Mami Uthe adalah korban, bukan pelaku,” tegas tim pembela.
Seruan Keadilan
Melalui press rilis, keluarga, kuasa hukum, serta masyarakat yang peduli menyerukan agar publik melihat Mami Uthe sebagai manusia, bukan sekadar terdakwa.
“Seorang perempuan pekerja seharusnya diperlakukan adil, bukan dikorbankan untuk menutupi kesalahan pihak berkuasa. Keadilan sejati adalah ketika hukum melindungi yang lemah. Hari ini, suara itu kami serukan: bebaskan Mami Uthe,” ungkap tim kuasa hukum dengan lantang.
Laporan: Teguh