JAKARTA|PortalindonesiaNews.Net — Aksi demonstrasi besar-besaran meletus di depan Kantor Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemenaker RI), Kamis siang, saat ratusan pengemudi ojek online (ojol) dari aliansi Pandawa Lima mengepung gerbang utama. Seruan dan teriakan penuh emosi menggema di udara, menyuarakan tiga tuntutan yang mengguncang posisi Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer alias Noel, hingga membuatnya dikabarkan melarikan diri lewat pintu belakang. Kamis 8 Mei 2025.
Dengan membawa spanduk bertuliskan “Biang Kegaduhan Dikalangan Masyarakat Ojek Online”, lengkap dengan foto wajah Noel yang dicoret silang, massa menyuarakan kekecewaan mendalam. Mereka menilai kebijakan dan manuver politik Noel tidak berpihak pada nasib pengemudi ojol, melainkan hanya ajang pencitraan semata.
Tiga poin utama tuntutan yang disuarakan:
1. Menolak posisi ojol dijadikan alat politik elit.
2. Meminta tanggung jawab Kemenaker atas dampak kebijakan Bonus Hari Raya (BHR) yang justru menyulitkan driver.
3. Menuntut pencopotan Noel sebagai Wamenaker karena dianggap membuat kegaduhan dan menyalahi tupoksi.
Salah satu fakta yang paling mengejutkan publik adalah pengakuan viral dari salah satu ojol, yang mengaku diminta merekam video menerima BHR sebesar Rp1.000.000 hingga Rp1.500.000 dari Noel — padahal yang diterima sebenarnya hanya Rp50.000.
“Kami merasa dimanfaatkan. Disuruh akting demi konten politik. Ini bukan bantuan, ini penghinaan,” ujar peserta aksi yang identitasnya disamarkan.
Massa juga menantang langsung Noel untuk naik ke atas mobil komando (mokom) guna debat terbuka. Dalam orasinya yang meledak-ledak, tokoh Pandawa Lima, Pian Malari, melontarkan ultimatum:
“Kalau anda kalah debat, nyatakan salah dan jangan cawe-cawe lagi urusan ojol. Tapi kalau kami kalah, kami mundur dari pergerakan. Kami tidak takut!”
Namun harapan publik untuk menyaksikan adu gagasan itu pupus. Bukannya muncul, Noel dilaporkan memilih kabur secara diam-diam melalui pintu belakang gedung Kemenaker, memicu gelombang amarah baru. Massa merespons dengan menutup jalan raya di depan kantor Kemenaker, menyebabkan kemacetan total dari pukul 16.30 hingga ba’da Maghrib.
Danny Stephanus, Ketua Umum Masyarakat Ojek Online Seluruh Indonesia (MOOSI), turut menghujani kritik. Ia mempertanyakan legalitas keterlibatan Noel dalam isu ojol, yang bahkan menurutnya tidak masuk dalam ranah Kemenaker.
“Ojol tidak punya absensi, slip gaji, atau cuti. Bagaimana bisa disebut buruh? Wamenaker tidak tahu tupoksi, ini pelanggaran terang-terangan,” tegasnya di atas mobil komando.
Kemarahan massa juga menyentuh ranah pribadi. Noel dianggap telah mempermalukan dirinya sendiri karena berani tampil gagah saat diundang komunitas kecil pro dirinya, namun takut menghadapi ribuan driver ojol yang menuntut kejelasan.
“Kalau berani, keluar! Jangan cuma bisa gimik di medsos,” teriak massa.
“Kalau takut, pakai rok saja!” ejek pengunjuk rasa lain.
Bahkan isu lain ikut ditarik ke permukaan. Salah satu orator menyentil soal ribuan buruh PT Sritex yang di-PHK dan belum dibayar usai kampanye Noel di sana.
“Urusi dulu ribuan buruh yang kehilangan pekerjaan, baru cawe-cawe profesi kami!” pungkas Pian geram.
Meski Noel bungkam dan tidak muncul, massa aksi mengklaim telah mencetak kemenangan moral. Dengan slogan “No Mediasi, No Diskusi, No Nasi Kotak”, mereka menyatakan sukses memberi tekanan psikologis terhadap seorang pejabat tinggi negara hingga memilih melarikan diri daripada menghadapi rakyatnya sendiri.
Aksi ini diyakini bukan yang terakhir. Perwakilan Pandawa Lima menyatakan siap kembali dengan jumlah massa lebih besar bila tuntutan mereka tidak digubris.
Hingga berita ini dirilis, Kemenaker RI belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait peristiwa memalukan ini. Sementara itu, publik menanti apakah Presiden Prabowo akan menanggapi seruan dorongan Perppu untuk payung hukum ojol — solusi damai yang disarankan Pian, tapi diabaikan Noel.
Laporan: Marno