Home / News

Rabu, 27 November 2024 - 21:18 WIB

Penembakan Tragis di Semarang: Remaja 17 Tahun Tewas, Polisi Dituding Bertindak di Luar Prosedur

Foto ilustrasi gambar polisi menembak anak sekolah

Foto ilustrasi gambar polisi menembak anak sekolah

SEMARANG | Kota Semarang diguncang peristiwa tragis yang melibatkan aparat kepolisian. Gamma Rizkynata Oktafandy, remaja 17 tahun, meninggal dunia akibat luka tembak dalam insiden yang diduga melibatkan tindakan berlebihan aparat pada Minggu dini hari (24/11/2024) di Jl. Candi Penataran Raya, Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan.

Kasus ini telah memicu kontroversi di kalangan publik dan pakar hukum, yang mempertanyakan proporsionalitas tindakan aparat terhadap seorang remaja yang belum jelas status keterlibatannya dalam tawuran tersebut.

Baca Juga  Dugaan Pelanggaran Berat: Ustadz Agus Waluyo Diduga Rusak Tanah, Tebang Pohon, dan Langgar Aturan PBG di Karanganyar
Baca Juga  Jambore Integritas 2024: Kementerian ESDM Perkuat Nilai Integritas dan Transparansi
Baca Juga  Diduga Jual Pupuk di Atas HET, Kios Milik Kiat di Banyumas Dikeluhkan Petani

Kronologi Versi Kepolisian

Menurut laporan kepolisian, insiden bermula ketika terjadi tawuran antar dua kelompok pemuda, yaitu Seroja dan Tanggul Pojok, yang saling menyerang menggunakan senjata tajam. Aipda Robig Zaenudin, anggota Sat Narkoba Polrestabes Semarang, mengklaim terpaksa memberikan tindakan tegas karena korban diduga membawa senjata tajam.

Baca Juga  RSU Banyumanik 2 Tingkatkan Layanan dan Teknologi, Fokus pada Kepuasan Pasien
Baca Juga  Presiden Prabowo Subianto Disambut Hangat di Kairo, Fokus Pertemuan Bilateral dan KTT D-8
Baca Juga  Polres Semarang Peringati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan Pengajian dan Tali Asih

Gamma ditembak saat berada di atas motor. Dia sempat dilarikan ke RSUP Dr. Kariadi Semarang, namun nyawanya tidak tertolong. Polisi juga menyebut telah menyita barang bukti berupa empat bilah celurit, satu unit motor Vario, dan sembilan ponsel.

Namun, versi ini menuai keraguan, terutama setelah kesaksian warga yang berada di lokasi kejadian memberikan kronologi berbeda.

 

Kesaksian Warga: Penembakan dari Jarak Dekat

Tiga hansip yang bertugas di lokasi kejadian menyampaikan fakta berbeda. Mereka menyebut mendengar tiga kali suara tembakan dari jarak yang sangat dekat.

Baca Juga  Penemuan Mayat Siswi SMP, Ada Luka Lebam di Bagian Dagu
Baca Juga  KPK Geledah Rumah Ketum Pemuda Pancasila Japto Soelistyo Soerjosoemarno, Sita 11 Mobil dan Uang Tunai
Baca Juga  DANDIM 0714 Salatiga Hadiri Pemusnahan Barang Bukti: Langkah Nyata Penegakan Hukum di Salatiga

“Kami melihat ada tiga motor mengejar satu motor dengan dua orang. Beberapa membawa benda panjang seperti celurit. Tiba-tiba, muncul seorang pengendara motor lain yang diduga aparat, dan langsung menembak tiga kali ke arah salah satu motor,” ujar salah satu hansip.

Hansip tersebut menambahkan, setelah terkena tembakan, Gamma sempat melarikan diri ke arah Panjangan sebelum akhirnya tumbang. Kesaksian ini menimbulkan tanda tanya besar terkait prosedur yang dilakukan aparat, khususnya mengenai apakah tembakan tersebut benar-benar peringatan atau langsung diarahkan ke tubuh korban.

 

Reaksi Keluarga: Tuntut Transparansi

Keluarga Gamma mengecam keras tindakan aparat, yang mereka nilai tidak manusiawi dan tidak sesuai prosedur.

Baca Juga  PENGELOLAAN DANA BOS,PIP. SMKN 1 BAWANG Banjarnegara Tahun 2021- 2024. Di CURIGAI
Baca Juga  Simpang Bawen Mulai Padat, Kapolres Semarang Pantau Langsung Pengaturan Arus
Baca Juga  Miss Asia Indonesia 2023 Kalisa Putri dan Dutaputraland Gelar Bukber dan Santunan Anak Yatim di Grand Duta City South East Jakarta

“Anak saya bukan kriminal. Bahkan jika dia ada di lokasi tawuran, apakah pantas dia ditembak hingga tewas? Kami menuntut keadilan,” ujar orang tua korban dengan penuh emosi.

“Keluarga meminta Kapolda Jawa Tengah untuk mengusut kasus ini secara tuntas dan transparan, tanpa ada upaya melindungi anggota yang melanggar hukum.

 

Pakar Hukum dan HAM: Pelanggaran Prosedur?

Sejumlah pakar hukum dan lembaga advokasi HAM turut angkat suara. Dr. Andi Setiawan, SH, MH, seorang ahli hukum pidana dari Universitas Diponegoro, menyebut tindakan aparat dalam kasus ini patut dipertanyakan.

Baca Juga  Polres Grobogan Gerebek Perang Sarung Saat Patroli Sahur, Delapan Remaja Diamankan
Baca Juga  Pabrik Batik di Sragen Diduga Pakai Gas LPG 3kg dan Beroperasi Ilegal! Pemerintah Tutup Mata, Lingkungan Tercemar
Baca Juga  Gagal Mediasi, Suami Tuntut Keadilan atas Perselingkuhan Istri dengan Oknum Anggota Dewan di Klaten – Keterangan Saksi Hilang dari Putusan Pengadilan

“Dalam prinsip penggunaan kekuatan oleh aparat penegak hukum, tembakan mematikan hanya boleh dilakukan jika ada ancaman nyata terhadap keselamatan publik atau aparat itu sendiri. Jika fakta menunjukkan korban ditembak dari jarak dekat tanpa ancaman langsung, ini berpotensi menjadi pelanggaran serius,” jelasnya.

 

Kapolda Jawa Tengah Diminta Bertindak Tegas

Publik kini menanti tanggapan resmi dari Kapolda Jawa Tengah terkait langkah hukum terhadap Aipda Robig Zaenudin. Desakan untuk melakukan investigasi independen terus menguat, mengingat kasus ini tidak hanya mencoreng citra kepolisian, tetapi juga mengancam kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum.

Baca Juga  Fakta Baru Mengejutkan! Darso Warga Mijen Diduga Dianiaya Polisi hingga Tewas
Baca Juga  Eks Napiter Asal Manggarai Timur: "Radikalisme, Terorisme, dan Intoleransi Hanya Merugikan Diri Sendiri dan Lingkungan Sosial"
Baca Juga  Mandiri Utama Finance Purwokerto Dituding Bermain Kotor, Uang Angsuran Nasabah Raib, Mobil Disikat Mata Elang!

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Kapolda maupun Polrestabes Semarang terkait investigasi terhadap anggota yang terlibat.

 

Protes Masyarakat dan Tagar di Media Sosial

Kasus ini memicu reaksi keras dari masyarakat, yang ramai-ramai menyuarakan keprihatinan mereka di media sosial. Tagar seperti #KeadilanUntukGamma dan #StopBrutalitasPolisi kini menjadi trending, menandakan bahwa publik menuntut transparansi dan pengungkapan fakta tanpa rekayasa.

 

Menanti Keadilan

Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi aparat penegak hukum untuk bertindak lebih profesional dan manusiawi. Tindakan berlebihan, terutama yang mengakibatkan hilangnya nyawa, tidak hanya merusak kredibilitas institusi, tetapi juga mencederai rasa keadilan masyarakat.

Baca Juga  PENCEGAHAN KORUPSI &PUNGLI (PKP)Jateng diy.CEGAH KADES MASUK BUI.
Baca Juga  Prabowo Ingatkan: "Nasib Rakyat Ada di Pundak Para Menteri"
Baca Juga  Presiden Prabowo Subianto Disambut Hangat di Kairo, Fokus Pertemuan Bilateral dan KTT D-8

Publik kini menanti langkah tegas dari kepolisian untuk memastikan tidak ada pelaku pelanggaran hukum yang lolos dari pertanggungjawaban.

Penulis: iskandar

 

 

 

 

error: Content is protected !!