Dugderan Kota Semarang Dilaksanakan Dengan Meriah

Dugderan Kota Semarang Dilaksanakan Dengan Meriah

Senin, 20 Maret 2023, Senin, Maret 20, 2023

Kota Semarang, Portal Indonesia News
- Tradisi Dugderan merupakan upacara budaya atau tradisi yang dilaksanakan tiap menjelang datangnya bulan Ramadhan. Senin (20/3/23).
 
Upacara ini merupakan cerminan dari perpaduan tiga etnis yang mendominasi masyarakat Semarang yakni etnis Jawa, Tionghoa dan Arab. 

Nama “Dugderan” diambil dari kata “dugder” yang berasal dari kata “dug” (bunyi bedug yang ditabuh) dan “der” (bunyi tembakan meriam). Bunyi “dug” dan “der” tersebut sebagai pertanda akan datangnya awal Ramadhan. 


Upacara Dugderan diperkirakan mulai berlangsung sejak tahun 1881 di kala Semarang dipimpin oleh Bupati RMTA Purbaningrat. 

Upacara ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat dalam masyarakat mengenai awal dimulainya puasa pada bulan suci Ramadhan, oleh karena itu dicapailah suatu kesepakatan untuk menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal Ramadhan yakni dengan menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan meriam di halaman kabupaten dan dibunyikan masing-masing tiga kali dan dilanjutkan dengan pengumuman awal puasa di masjid.

Perayaan multikultural ini semakin menarik minat masyarakat Semarang dan sekitarnya ditandai dengan makin banyaknya para pedagang yang menjajakan dagangannya yang beraneka ragam seperti minuman, makanan, dan mainan anak-anak seperti perahu-perahuan, celengan, seruling dan gangsing. Selain itu dalam upacara dugderan terdapat ikon berupa “warak ngendhog” berwujud hewan berkaki empat (kambing) dengan kepala mirip naga. 


Warak ngendhog memperlihatkan adanya perpaduan kultur Arab, Islam, Jawa, dan Tionghoa. Keberadaan warak ngendhog tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan yang harmonis antar-etnis sehingga membuka jalinan kontak budaya yang lebih intensif sehingga memungkinkan adanya proses akulturasi.

Menurut Dika (33) warga Banyumanik menyampaikan pada awak media tradisi dugderan merupakan tradisi yang harus di lestarikan oleh warga kota semarang karena "nguri nguri"(Jawa-red) budaya yang ada di kota Semarang setelah fakum pademi covid 19, tahun lalu.




"Dalam giat ini sering kali di laksanakan menjelang bulan puasa Ramadhan," tungkas Dika. 

Dalam giat itu di meriahkan oleh lembaga pendidikan dari tingkat SD, SMP, SMA, SMK se kota Semarang dengan berbagai atraksi yang dapat di tampilkan untuk memeriahkan acara tersebut. 

(Psl)



TerPopuler